Rabu, 20 Agustus 2014

LOGO PONPES PANGERAN DIPONEGORO YOGYAKARTA

1. Logo Madrasah Diniyah Ponpes Pangeran Diponegoro Yogyakarta



2. Logo Yayasan





PROFIL PONPES PANGERAN DIPONEGORO

LATAR BELAKANG

Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya mutlak diperlukan. Karena itu diperlukan satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan segala bidang,  baik bidang Agama, umum dan life skill. Masyarakat di lingkungan adalah termasuk masyarakat yang agamis, namun masih  perlu ditingkatkan pengetahuan dan pengamalan keagamaan mereka terutama para generasi mudanya. Karena itu perlu adanya satu pusat kajian dan pembentukan situasi yang kondusif untuk pembiasaan pengamalan ilmu-ilmu ajaran-ajaran agama, maka didirikanlah Pondok Pesantren.

Tuntutan perkembangan zaman menuntut keseimbangan keilmuan antara ilmu agama dan ilmu umum. Karena itu di pesantren ini diselenggarakan lembaga pendidikan formal dengan perpaduan kurikulum DIKNAS, DEPAG dan Pesantren, mulai dari tingkat Play Grup, TK, MI, SMP dan SMK,  disamping itu masih ada Madrasah Diniyah serta  PKBM.

Melihat masyarakat di Indonesia yang masih banyak berlatar belakang sosial ekonomi  belum menguntungkan, maka pesantren tergerak untuk peduli terhadap nasib mereka. Karena itu Pesantren Diponegoro berkomitmen untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas tapi murah. Disamping itu  didirikan pula Panti Asuhan yang sumber dananya dari masyarakat luas dan Usaha Ekonomis Produktif ( UEP ), untuk membantu para santri dan siswa yang kurang mampu.

Untuk menyukseskan program-program di atas  selain dibutuhkan SDM yang berkualitas, kiat-kiat yang mantab dan anggaran operasional yang cukup, juga dibutuhkan sarana prasarana yang memadai, aman dan nyaman.

VISI

Meningkatkan keimanan, ketaqwaan, keilmuan dan persaudaraan umat yang dihiasi dengan Al Ahlaq Al Karimah serta menumbuhkan kepedulian sosial, agar tercipta kesejahteraan bangsa yang adil, makmur dan merata.

MISI

Membentuk lembaga bimbingan, pembinaan pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu agama dan keterampilan sebagai bekal untuk kehidupan mereka di masa depan, agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas, berbudi pekerti luhur, mandiri, agamis dan pancasilais.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan Yayasan Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro adalah membantu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang :
Pendidikan
Kesejahteraan Sosial
Da’wah
Peningkatan sumber daya manusia

TARGET YANG INGIN DICAPAI

Lulusan Pondok Pesantren Diponegoro selain lulus di lembaga formal juga diharapkan:
Bertaqwa dan berakhlaqul karimah.
Bisa membaca kitab kuning sesui tingkatannya.
Memiliki ketrampilan usaha tertentu (life skill).
Menjadi motor perubahan perbaikan dalam masyarakat.

Dapat melaksanakan da’wah di masyarakat.

SEJARAH PONPES PANGERAN DIPONEGORO YOGYAKARTA

Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro terletak di RT 01 RW 38 Dusun Sembego-Maguwoharjo-Depok-Sleman-Yogyakarta. Sebelah utara Dusun Sembego berbatasan dengan Dusun Grogol, sebelah selatan dengan Dusun Pasekan, sebelah barat dengan persawahan sedangkan sebelah timur sudah masuk wilayah Kalasan. Adalah ulama yang berasal dari Blitar sebagai pencetus dan founding father Ponpes. Pangeran Diponegoro bernama Drs. KH. M. Syakir Ali, M.Si. 

Dalam kesehariannya, beliau merupakan seorang dosen Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Inisiatif pendirian ponpes dilakukan oleh beliau setelah memperhatikan kondisi pendidikan Islam di wilayah Maguwoharjo. Pak Syakir, begitulah beliau disapa, tergerak hatinya untuk mencoba mengupayakan sebuah sistem pendidikan pesantren sehingga pendidikan Islam dapat lebih berkembang. 

Saat itu, Pak Syakir, melihat kapasitas pendidikan agama di beberapa sekolah di wilayah Maguwoharjo masih relatif kecil. Setelah melalu berbagai pertimbangan dan pemikiran, muncul gagasan untuk merekonstruksi pendidikan Islam melalui perubahan sistem pendidikan dalam sekolah yang berciri khas Islam menjadi sistem pondok pesantren. Akhirnya Pak Syakir memilih MI al-Ma'arif dan SMP Diponegoro yang ada di Dusun Sembego. 



MI Ma'arif didirikan pada tanggal 1 Agustus 1961 di Dusun Sembego Desa Maguwoharjo. Bapak Muhammad Khoeroddin merupakan tenaga pengajar satu-satunya di sekolah tersebut yang mengajarkan ilmu-ilmu agama. Sarana pada awal pendiriannya masih sangat sederhana. Kegiatan belajar mengajar adalah masjid setempat pada sore hari dengan menggunakan fasilitas seadanya. Kurang lebih tiga tahun setelahnya, status MI berubah menjadi Madrasah Wajib Belajar (MWB). 

Pada saat itu, MWB yang ada di dusun Sembego adalah satu-satunya MWB yang ada di Kecamatan Depok dan satu diantara tiga MWB yang ada di Kabupaten Sleman. Gedung bangunan selangkah lebih maju dari pada sebelumnya. Kegiatan belajar mengajar sudah dilakukan di gedung tersendiri yang didirikan oleh masyarakat dengan bahan bangunan yang terbuat dari bambu. Kita tidak pernah tahu rencana Allah SWT. Beberapa tahun kemudian tepatnya pada 21 Ramadhan 1967 terjadi hujan lebat dan angin kencang. Hal ini menyebabkan gedung sekolah yang terbuat dari bambu tersebut roboh sehingga tidak bisa dipergunakan lagi. Akhirnya atas bantuan pemerintahan dan swadaya masyarakat, dibangunlah gedung permanen dan layak untuk kegiatan belajar mengajar. 

 Pada tahun 1971, status MWB berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyyah dengan nama Madrasah Ibtidaiyyah Ma'arif Sembego, dan pada tahun 1981 mendapat akreditasi dari kantor Departemen Agama dengan status diakui. Tentu saja ini disambut baik dan positif oleh masyarakat. Mereka berbondong-bondng menyekolahkan putra-putrinya di MI Ma'arif karena dilihat dari segi biaya memang relatif lebih terjangkau disertai prestasi yang dicapai MI cukup baik. 

Hampir seluruh lulusan MI Ma'arif dapat melanjutkan ketingkat lanjutan. Pada awal tahun 1990, keberadaan MI Ma'arif mulai menunjukkan gejala-gejala kemunduran. Ini adalah masa dimana MI mengalami kemunduran sampai didirikanya Pondok Pesantren Diponegoro yang mencoba memperbaiki kondisi yang tidak baik dengan melakukan dengan berbagai perubahan dalam berbagai segi. 



Penyebab kemunduran tersebut diantaranya karena persaingan yang semakin ketat dengan sekolah dasar lain dengan sarana prasana yang lebih baik sehingga mempengaruhi prestasi siswa. Sekarang kita beralih pada SMP Pangeran Diponegoro. Ternyata nasibnya tidak lebih dari MI Ma'arif. SMP Diponegoro adalah sebuah lembaga pendidikan tingkat lanjutan yang berdiri pada tanggal 24 Nopember 1978 yang di kelola oleh Yayasan Ma’arif Daerah Istimewa Yogyakarta. Penamaan Diponegoro karena diharapkan siswanya dapat mengenang serta mengambil suri tauladan perjuangan pangeran dponegoro dalam menumpas penjajahan. 

Pada tahun 1990-an, SMP Diponegoro juga mengalami kemunduran. Jumlah siswa yang mendaftar sangat sedikit. Kondisi ini sangat berpengaruh pada semangat guru maupun siswa sehingga prestasinya menurun. Melihat fenomena tersebut, Maka bersama dengan tokoh masyarakat setempat Bpk Drs KH M Syakir Ali Msi. Merintis didirikanya sebuah pondok pesantren sebagai upaya untuk mempertahankan serta mengembangkan lembaga yang sudah ada agar tetap eksis. 

Setelah mengadakan koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat seperti kepala Dusun, kepala Desa, ketua Takmir masjid serta masyarakat yang peduli dengan pendidikan maka di susunlah langkah-langkah untuk mewujudkan sebuah Pondok Pesantren. Dengan berbekal tekad dan semangat yang kuat serta usaha yang gigih, akhirnya pada tahun 1997 Pondok Pesantren ini mulai terwujud dan baru pada tanggal 21 juni 1998 Pondok Pesantren ini resmi berdiri.